Teori Keterikatan: Pengaruhnya pada Kehidupan dan Hubungan Kita

06.30


Sumber: The AOC



Teori Keterikatan (Attachment Theory) adalah konsep psikologis yang menjelaskan bagaimana ikatan emosional yang terjalin sejak masa bayi, terutama antara anak dan pengasuh, dapat memengaruhi perkembangan psikologis dan hubungan interpersonal sepanjang hidup. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh John Bowlby, seorang psikolog asal Inggris, yang menggambarkan keterikatan sebagai "ikatan psikologis yang bertahan lama antara individu dan pengasuhnya." Bowlby berpendapat bahwa manusia dilahirkan dengan dorongan biologis untuk membentuk ikatan emosional dengan pengasuh utama mereka guna merasa aman dan terlindungi.

1. Tujuan dan Fungsi Keterikatan

Bowlby menyatakan bahwa keterikatan ini memiliki fungsi penting, yaitu untuk menjaga bayi tetap dekat dengan pengasuh mereka, yang meningkatkan peluang anak untuk bertahan hidup. "Ikatan emosional ini tidak hanya memberikan rasa aman bagi bayi, tetapi juga menjadi dasar bagi hubungan-hubungan sosial lainnya yang akan terbentuk sepanjang hidup," ujar Bowlby.

2. Pola-Pola Keterikatan

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Mary Ainsworth, yang dikenal dengan eksperimen "Strange Situation", Ainsworth mengidentifikasi empat pola keterikatan pada anak-anak. Pola-pola ini mencerminkan bagaimana anak merespons pengasuh mereka dalam berbagai situasi.

  • Keterikatan Aman (Secure Attachment): Anak merasa nyaman untuk menjelajahi dunia, tetapi selalu mencari kedekatan dengan pengasuh saat merasa terancam. "Anak yang memiliki keterikatan aman cenderung lebih beradaptasi dengan lingkungan sosial mereka dan memiliki hubungan yang lebih sehat di masa depan," jelas Ainsworth.

  • Keterikatan Menghindar (Avoidant Attachment): Anak cenderung menghindari pengasuh mereka dan tidak menunjukkan banyak reaksi ketika terpisah. Hal ini biasanya disebabkan oleh pengasuh yang tidak responsif atau tidak konsisten.

  • Keterikatan Ambivalen (Ambivalent Attachment): Anak sangat cemas ketika terpisah dari pengasuh dan tidak merasa tenang meskipun dipertemukan kembali. Ini terjadi ketika pengasuh tidak konsisten dalam memberikan perhatian.

  • Keterikatan Disorganisasi (Disorganized Attachment): Anak menunjukkan perilaku yang membingungkan atau bertentangan, sering kali disebabkan oleh pengasuh yang tidak dapat diandalkan atau bahkan menjadi sumber ketakutan.

3. Pengaruh Keterikatan pada Kehidupan Dewasa

Pola keterikatan yang terbentuk di masa kanak-kanak memiliki pengaruh yang besar pada hubungan di kemudian hari. Anak yang mengalami keterikatan aman cenderung memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat di usia dewasa. "Keterikatan yang aman memungkinkan individu untuk membentuk kepercayaan yang kuat dalam hubungan jangka panjang," ungkap Ainsworth.

Sebaliknya, anak yang memiliki pola keterikatan yang tidak aman (baik menghindar atau ambivalen) seringkali menghadapi kesulitan dalam membangun kedekatan emosional dengan orang lain pada usia dewasa. Keterikatan yang tidak aman ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk membangun kepercayaan, serta ketakutan untuk berkomitmen dalam hubungan jangka panjang.

4. Dampak Trauma pada Keterikatan

Penelitian juga menunjukkan bahwa pengalaman trauma pada masa kecil, seperti pengabaian atau kekerasan, dapat mengarah pada gangguan keterikatan yang lebih serius. Hal ini dapat menghambat kemampuan individu untuk membentuk hubungan yang sehat di masa dewasa. Menurut Bowlby, pengasuh yang responsif dan hadir secara konsisten adalah kunci bagi perkembangan keterikatan yang sehat.

5. Mengatasi Keterikatan yang Tidak Aman

Memahami teori keterikatan penting bagi orang tua atau pengasuh yang ingin menciptakan ikatan yang aman dengan anak-anak mereka. Selain itu, pemahaman ini juga relevan bagi individu yang ingin memperbaiki hubungan mereka di masa dewasa, dengan mengidentifikasi dan mengatasi pola keterikatan yang tidak aman yang mungkin terbentuk pada masa kecil. Dengan menerapkan pemahaman ini, kita dapat memperbaiki kualitas hubungan dan menciptakan kehidupan yang lebih sehat secara emosional dan sosial.