Tuntutan Tinggi, Penghargaan Rendah: Realita Guru Indonesia
sumber: Freepik.com |
Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang, memperbaiki kondisi perekonomian, dan meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh. Melalui pendidikan, seseorang tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan hidup. Namun, kualitas pendidikan tentu tidak lepas dari peran seorang guru. Guru adalah sosok yang membimbing, mengarahkan, dan memberi inspirasi kepada generasi muda. Oleh karena itu, kesejahteraan guru seharusnya menjadi prioritas utama dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.
Sayangnya, di Indonesia, kesejahteraan guru masih menjadi persoalan yang mendesak dan perlu perhatian yang serius. Banyak guru, khususnya guru honorer, menerima gaji yang jauh dari kata layak. Bahkan ada yang hanya dibayar dibawah Upah Minimum Regional (UMR) yang biasanya dibayar di bawah satu juta rupiah per bulan. Jumlah ini tentu tidak sebanding dengan tanggung jawab guru dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Rendahnya gaji tersebut menjadi beban tersendiri, terutama di tengah meningkatnya biaya hidup dari tahun ke tahun. Di sisi lain, kesempatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dianggap gajinya lebih menjamin juga sangat terbatas dan penuh persaingan. Akibatnya, banyak guru yang tetap bertahan dalam kondisi tidak sejahtera demi dedikasi terhadap dunia pendidikan. Kurangnya kesejahteraan berdampak langsung pada semangat dan kualitas pengajaran. Banyak guru yang bekerja hanya sebagai formalitas karena imbalannya yang tidak sebanding dengan beban kerja. Selain itu, banyak guru pula yang terpaksa mencari pemasukan tambahan melalui pekerjaan tambahan. Padahal, profesi menjadi guru sudah menyita banyak waktu yang jika diperkirakan rata-rata waktu seorang guru mengajar dalam seminggu adalah 24 jam pelajaran dan memungkinkan pula guru menjadi pelatih atau pembina dalam ekstrakurikuler. Belum lagi, permasalahan fasilitas di mayoritas sekolah terpencil di Indonesia seperti ruang kelas yang tidak layak, kurangnya akses internet, atau bisa juga kurangnya bahan ajar. Hal ini tentu dapat memengaruhi kinerja guru dan kualitas pendidikan Indonesia.
Permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan menunjukkan kesejahreaan guru di Indonesia masih rendah, khususnya dalam segi kesejahteraan ekonomi. Padahal, guru yang sejahtera akan lebih fokus dan termotivasi dalam memberikan pendidikan terbaik. Sebaliknya, jika guru tidak sejahtera dan merasa tidak dihargai serta tertekan, cenderung kurang termotivasi dalam mengajar. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan kesejahteraan guru demi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Cara yang dapat dilakukan bisa dengan menaikkan gaji dan tunjangan, mengurangi beban kerja, meningkatkan penghargan dan pengakuan, menciptakan lingkungan kerja yang mendukung termasuk dari segi fasilitas, kemudian bisa juga dengan meningkatkan akses pelatihan dan pengembangan profesional agar guru di Indonesia menjadi semakin berkualitas.